Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia






LAPORAN ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGIS DENGAN ASFIKSIA RINGAN
BY. NY.  K
DI PUSKESMAS PAGERUYUNG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Klinik Kebidanan Semester 4




Disusun Oleh:
DANTI AMBARWATI
P1337424116013


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMARANG JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2018



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Semester 4.
Dalam penulisan laporan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan laporan ini :
1.        Ibu Sri Utami, S.S.T.Keb selaku pembimbing lahan praktik yang telah membimbing penulis selama praktik di lahan praktik.
2.        Ibu Sri Wahyuni M. S.Kp., Ns., M.Kes selaku pembimbing institusi
3.        Orang tua yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan sehingga terselesaikannya laporan ini.
4.        Semua pihak yang terlibat didalamnya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat membantu penulis untuk lebih baik dalam menyelesaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, April 2018


Penulis




DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................       i
KATA PENGANTAR......................................................................................................      ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................    iii
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................................      1
A.    Latar Belakang.........................................................................................................      1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................................      1
C.     Tujuan......................................................................................................................      2
BAB II : TINJAUAN TEORI..........................................................................................      3
A.    Definisi asfiksia.......................................................................................................      3
B.     Etiologi asfiksia.......................................................................................................      3
C.     Perubahan patofisiologis asfiksia.............................................................................      4
D.    Gejala asfiksia..........................................................................................................      4
E.     Diagnosa asfiksia.....................................................................................................      5
F.      Penilaian asfikasia....................................................................................................      5
G.    Persiapan alat resusitasi............................................................................................      6
H.    Penanganan asfikasia...............................................................................................      6
I.       Kunjungan Neonatal................................................................................................    11
BAB III : TINJAUAN KASUS
BAB IV : PEMBAHASAN.............................................................................................      9
BAB V : PENUTUP.........................................................................................................    11
A.    Kesimpulan..............................................................................................................    11
B.     Saran........................................................................................................................    11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................    12



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam dekade terakhir pelayanan persalinan sudah lebih baik namun bayi baru lahir masih banyak menderita asfiksia dan pada kasus asfiksia berat menyebabkan Hipoksia Iskemik Ensefalopati (HIE) dan bisa menyebabkan kerusakan neurologis permanen. Prevalensi asfiksia pada persalinan adalah 25 tahun, per 1000 kelahiran hidup di antaranya 15% adalah sedang atau berat. Pada bayi prematur, 73 per 1000 kelahiran hidup di antaranya 50% adalah sedang atau berat.3,4 Di negara berkembang, sekitar 3% bayi lahir mengalami asfiksia derajat sedang dan berat. Bayi asfiksia yang mampu bertahan hidup namun mengalami kerusakan otak, jumlahnya cukup banyak. Hal ini disebabkan karena resusitasi tidak adekuat atau salah prosedur. Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan RI telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 53 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial untuk menangani asfiksia bayi baru lahir yang tercantum pada pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial 0 (nol) sampai 6 (enam) jam meliputi :
a. Menjaga bayi tetap hangat
b. Inisiasi menyusu dini
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
d. Pemberian suntikan vitamin k1
e. Pemberian salep mata antibiotik
f. Pemberian imunisasi hepatitis b0
g. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
h. Pemantauan tanda bahaya
i. Penanganan asfiksia bayi baru lahir
j. Pemberian tanda identitas diri dan
k. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Asfiksia dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini kehamilan risiko tinggi dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan asfiksia pada bayi baru lahir?
2.      Apa saja penyebab asfiksia pada bayi abru lahir?
3.      Bagaimana perubahan patofisiologis asfiksia pada bayi baru lahir?
4.      Bagaimana tanda dan gejala asfiksia?
5.      Bagaimana diagnosa asfiksia?
6.      Bagaimana penanganan asfiksia pada bayi baru lahir?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.    Tujuan Umum
Laporan ini dibuat agar penulis dapat mengerti, memahami dan melakukan tindakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan menerapkan manajemen kebidanan.
2.    Tujuan Khusus
a.    Penulis dapat mengaplikasikan teori kedalam praktek klinik dalam asuhan pada bayi baru lahir yang diperoleh selama pendidikan.
b.    Penulis mampu mengembangkan pola pikir dalam bentuk tulisan maupun pelaporan.



















BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)
B. Etiologi / Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
·         Preeklampsia dan eklampsia
·         Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
·         Partus lama atau partus macet
·         Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
·         Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
·         Lilitan tali pusat
·         Tali pusat pendek
·         Simpul tali pusat
·         Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
·         Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
·         Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
·         Kelainan bawaan (kongenital)
·         Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :
1.      Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2.      Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.
3.      Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).

Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
·         Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
·         Warna kulit kebiruan
·         Kejang
·         Penurunan kesadaran
D. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
(Wiknjosastro, 1999)
E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
·         Penafasan
·         Denyut jantung
·         Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
F. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1.      2 helai kain / handuk.
2.      Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3.      Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
4.      Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
5.      Kotak alat resusitasi.
6.      Jam atau pencatat waktu.
(Wiknjosastro, 2007).
G. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
– Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
– Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
– Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
– Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
– Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
– Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
– Kompresi dada.
– Pengobatan
Detail Cara Resusitasi
Langkah-Langkah Resusitasi
1.      Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2.      Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
3.      Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4.      Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5.      Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
6.      Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
1.      Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
2.      Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
3.      Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.
1.      100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
2.      60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.
3.      60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung.
4.      < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
5.      Kompresi jantung
Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung :
a         Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi.
b        Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.
7.   Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.
8.  Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.
9.  Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
10.  Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.
11.  Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.
12.  Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain :
– Alat pemanas siap pakai – Oksigen
– Alat pengisap
– Alat sungkup dan balon resusitasi
– Alat intubasi
– Obat-obatan
Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.

BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah mengakaji, menganalisa dan melakukan asuhan di lapangan, penulis akan membandingkan antara teori dengan praktek yang penulis dapatkan dilapangan, maka penulis dapat mengemukkan sebagai berikut :
A.    Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamneses dan pemeriksaan fisik yaitu berupa pemeriksaan umum dan status present. Pengkajian yang dilakukan sama dengan pengkajian yang ada di teori. Hasil pengkajian yang didapat penulis yaitu :
1.      Subjektif   : ibu mengatakan bayinya tidak langsung menangis saat lahir
2.      Objektif     :
a.       Nadi  : 140x/menit
b.      RR     : 37x/menit
c.       Suhu  : 36,7°C
d.      BB     : 3000 gram
e.       PB     : 50 cm
f.       Reflek pada bayi :
1)      Rooting reflek                : Negatif (-)
2)      Sucking reflek                : Negatif (-)
3)      Morro reflek                   : Negatif (-)
4)      Graps reflek                   : Negatif (-)
5)      Tonic neck reflek           : Negatif (-)
6)      Babinski reflek               : Negatif (-)
B.     Analisa
Analisa data ditegakkan penulis saat berada di lapangan sesuai dengan hasil pengkajian. Penulis membandingkan antara hasil pembuatan analisa di teori dengan hasil pembuatan analisa di lapangan. Hasil analisa yang penulis dapat yaitu :
Analisa : Bayi Ny. K jenis kelamin laki-laki dengan BB= 3000 gram dan PB= 50 cm, dengan asfiksia ringan.

C.     Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diteori sama dengan penatalaksanaan di lapangan, yaitu penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia dengan cara resusitasi dengan prinsip HAIKAL:

·         Hangatkan bayi dengan cara membedong dan menghidupkan lampu resusitasi
·         Atur posisi bayi, letakkan kepala bayi lebih dekat dengan kita.
·         Hisap lendir dari mulut dan hidung bayi untuk membersihkan jalan pernapasan
·         Rangsang taktil dengan cara punggung payi di puk-puk dan sentil bagian jari-jari tangan dan kaki bayi
·         Lakukan penilaian, apakah bayi dapat menangis spontan/lemas, apakah warna kulit bayi merah muda, pucat/biru, dan apakah bayi dapat bernapas (lihat pergerakan dinding dinding dada dan dengarkan detak jantung menggunakan stetoskop).


BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. K dengan asfiksia ringan, maka penulis dapat menyimpulkan :
1.      Bayi mengalami asfiksia ringan karena tidak segera menangis spontan setelah lahir
2.      Bayi dilakukan resusitasi oleh bidan
3.      Bayi menangis spontan setelah diresusitasi
4.      Bayi dipantau dan dijaga kestabilan dan kehangatannya

B.     Saran
1.      Bagi Ibu Nifas
Diharapkan memeriksakan bayinya sesegera mungkin sebagai upaya deteksi terhadap ketidaknyamanan pada bayi. Ibu diahrapkan mampu dan dapat berusaha untuk melaksanakan penatalaksanaan yang diberikan.
2.      Bagi Lahan Praktik
Diharapkan mampu mempertahankan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuia standar asuhan kebidanan.







DAFTAR PUSTAKA

1 WHO. Preterm birth, updated november 2013. Diakses dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs363/en/ pada tanggal 10 Februari
2014.
2 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015. Profil kesehatan indonesia
tahun 2014.
3 Low JA Determining the contribution of asphyxia to brain damage in the
neonate. Obstet Gynaecol Res. 2004;30(4):276-86.
4 Palsdottir K, Dagbjartsson A, Thorkelsson T, Hardardottir H. Birth asphyxia
and hypoxic ischemic encephalopathy, incidence and obstetric risk factors.
Laeknabladid. 2007;93(9):595-601.
5 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 53 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial.
6 Spector JM, Daga S. Preventing those so-called stillbirths. Bulletin of the
World Health Organization. Diakses dari
http://www.who.int/bulletin/volumes/86/4/07-049924/en/
7 Antonucci R, Porcella A, Maria Dolores Pilloni AD. Perinatal asphyxia in the
term newborn. Journal of Pediatric and Neonatal Individualized Medicine
2014;3(2): 1-14.
8 Meisa Puspitasari. Stabilisasi Neonatus pasca tindakan Resusitasi lahir. Sari
Kepustakaan, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD/RSHS
Bandung, 2012.

Asfiksia pada Bayi Baru Lahir dan Resusitasi (PDF Download Available). Available from:
https://www.researchgate.net/publication/319661900_Asfiksia_pada_Bayi_Baru_Lahir_dan_Resusitasi [accessed May 16 2018].

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Issue terkini dalam ANC dan Evidence Based dalam praktik kebidanan

contoh makalah tugas gadar