Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
LAPORAN ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN
BAYI BARU LAHIR PATOLOGIS DENGAN ASFIKSIA RINGAN
BY. NY. K
DI PUSKESMAS PAGERUYUNG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Klinik Kebidanan Semester 4
Disusun Oleh:
DANTI AMBARWATI
P1337424116013
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMARANG JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2018
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah-Nya, Penulis
dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Klinik Kebidanan Fisiologis Semester 4.
Dalam
penulisan laporan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu Penulis dalam menyelesaikan laporan ini :
1.
Ibu
Sri Utami, S.S.T.Keb selaku pembimbing
lahan praktik yang telah membimbing penulis selama praktik di lahan praktik.
2.
Ibu Sri Wahyuni M.
S.Kp., Ns., M.Kes selaku pembimbing institusi
3.
Orang tua yang telah
memberikan kasih sayang dan dukungan sehingga terselesaikannya laporan ini.
4.
Semua pihak yang terlibat
didalamnya.
Penulis
menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat membantu penulis untuk lebih baik dalam
menyelesaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua.
Semarang, April 2018
Penulis
DAFTAR
ISI
LEMBAR
PENGESAHAN............................................................................................. i
KATA
PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI....................................................................................................................
iii
BAB
I : PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar
Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................................... 2
BAB
II : TINJAUAN TEORI.......................................................................................... 3
A. Definisi asfiksia....................................................................................................... 3
B. Etiologi asfiksia....................................................................................................... 3
C. Perubahan patofisiologis asfiksia............................................................................. 4
D. Gejala asfiksia.......................................................................................................... 4
E. Diagnosa asfiksia..................................................................................................... 5
F. Penilaian asfikasia.................................................................................................... 5
G. Persiapan alat resusitasi............................................................................................ 6
H. Penanganan asfikasia............................................................................................... 6
I. Kunjungan Neonatal................................................................................................ 11
BAB
III : TINJAUAN KASUS
BAB
IV : PEMBAHASAN............................................................................................. 9
BAB
V : PENUTUP......................................................................................................... 11
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam dekade terakhir pelayanan
persalinan sudah lebih baik namun bayi baru lahir masih banyak menderita
asfiksia dan pada kasus asfiksia berat menyebabkan Hipoksia Iskemik
Ensefalopati (HIE) dan bisa menyebabkan kerusakan neurologis permanen.
Prevalensi asfiksia pada persalinan adalah 25 tahun, per 1000 kelahiran hidup
di antaranya 15% adalah sedang atau berat. Pada bayi prematur, 73 per 1000
kelahiran hidup di antaranya 50% adalah sedang atau berat.3,4 Di negara
berkembang, sekitar 3% bayi lahir mengalami asfiksia derajat sedang dan berat.
Bayi asfiksia yang mampu bertahan hidup namun mengalami kerusakan otak,
jumlahnya cukup banyak. Hal ini disebabkan karena resusitasi tidak adekuat atau
salah prosedur. Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan RI telah menerbitkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 53 tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial untuk menangani asfiksia bayi baru lahir
yang tercantum pada pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial 0 (nol) sampai 6 (enam) jam meliputi :
a. Menjaga bayi tetap hangat
b. Inisiasi menyusu dini
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
d. Pemberian suntikan vitamin k1
e. Pemberian salep mata antibiotik
f. Pemberian imunisasi hepatitis b0
g. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
h. Pemantauan tanda bahaya
i. Penanganan asfiksia bayi baru lahir
j. Pemberian tanda identitas diri dan
k. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam
kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
Asfiksia dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan
kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan
yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini kehamilan risiko
tinggi dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan
asfiksia pada bayi baru lahir?
2.
Apa saja penyebab asfiksia
pada bayi abru lahir?
3.
Bagaimana perubahan
patofisiologis asfiksia pada bayi baru lahir?
4.
Bagaimana tanda dan gejala
asfiksia?
5.
Bagaimana diagnosa asfiksia?
6.
Bagaimana penanganan
asfiksia pada bayi baru lahir?
C.
TUJUAN
PENULISAN
1. Tujuan
Umum
Laporan ini dibuat agar penulis dapat mengerti, memahami dan melakukan
tindakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan menerapkan manajemen kebidanan.
2. Tujuan
Khusus
a. Penulis
dapat mengaplikasikan teori kedalam praktek klinik dalam asuhan pada bayi baru
lahir yang diperoleh selama pendidikan.
b. Penulis mampu mengembangkan pola pikir dalam bentuk tulisan maupun pelaporan.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah
ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor
yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir.
Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak
dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang
mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)
B. Etiologi / Penyebab Asfiksia
Beberapa
kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia
bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi
asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi
penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor
ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
·
Preeklampsia dan eklampsia
·
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta)
·
Partus lama atau partus macet
·
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria,
sifilis, TBC, HIV)
·
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
·
Lilitan tali pusat
·
Tali pusat pendek
·
Simpul tali pusat
·
Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
·
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
·
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
·
Kelainan bawaan (kongenital)
·
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor
resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya
faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan
keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi,
adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong)
tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus
selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin
pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai
suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia
berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode
apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan
perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya
terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya :
1.
Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung.
2.
Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan
kelemahan otot jantung.
3.
Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan
mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.
(Rustam, 1998).
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
·
Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
·
Warna kulit kebiruan
·
Kejang
·
Penurunan kesadaran
D. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan
kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin
dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga
hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak
banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali
per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan
tanda bahaya
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya,
akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi
dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala
dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat
dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat
serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah
janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya
gawat janin mungkin disertai asfiksia.
(Wiknjosastro, 1999)
E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru
lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya
melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif
berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan
tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
·
Penafasan
·
Denyut jantung
·
Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai
resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila
penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan
tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan
vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
F. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan,
siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1.
2 helai kain / handuk.
2.
Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa
kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3.
Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
4.
Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
5.
Kotak alat resusitasi.
6.
Jam atau pencatat waktu.
(Wiknjosastro, 2007).
G. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
– Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu
diganjal 2-3 cm.
– Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
– Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
– Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
– Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
– Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
– Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
– Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
– Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan
cara
– Kompresi dada.
– Pengobatan
– Kompresi dada.
– Pengobatan
Detail Cara Resusitasi
Langkah-Langkah Resusitasi
1.
Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian
keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2.
Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi
terlentang pada alas yang datar.
3.
Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing
positor).
4.
Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari
mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5.
Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil
telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
6.
Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian
denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x /
menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila
biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan
positif.
1.
Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi
tekanan positif.
2.
Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100
% melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi
tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut,
kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
3.
Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung
selama 6 detik, hasil kalikan 10.
1.
100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
2.
60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan
pemberian PPV.
3.
60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung,
lakukan PPV, disertai kompresi jantung.
4.
< 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi
jantung.
5.
Kompresi jantung
Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah
3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung :
a
Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh
bayi.
b Jari
tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh
bayi.
7. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30
detik setelah kompresi dada.
8. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung
dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat
nafas spontan.
9. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit,
lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara
IV.
10. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika
> 100 x / menit hentikan obat.
11. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi
pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.
12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika
denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi
beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit.
(Wiknjosastro, 2007)
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan
dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain :
– Alat pemanas siap pakai – Oksigen
– Alat pengisap
– Alat sungkup dan balon resusitasi
– Alat intubasi
– Obat-obatan
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain :
– Alat pemanas siap pakai – Oksigen
– Alat pengisap
– Alat sungkup dan balon resusitasi
– Alat intubasi
– Obat-obatan
Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam
resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah mengakaji, menganalisa dan melakukan asuhan di
lapangan, penulis akan membandingkan antara teori dengan praktek yang penulis
dapatkan dilapangan, maka penulis dapat mengemukkan sebagai berikut :
A.
Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamneses dan pemeriksaan
fisik yaitu berupa pemeriksaan umum dan status present. Pengkajian yang
dilakukan sama dengan pengkajian yang ada di teori. Hasil pengkajian yang
didapat penulis yaitu :
1.
Subjektif : ibu mengatakan bayinya tidak langsung
menangis saat lahir
2.
Objektif :
a.
Nadi : 140x/menit
b.
RR : 37x/menit
c.
Suhu : 36,7°C
d.
BB : 3000 gram
e.
PB : 50 cm
f.
Reflek pada bayi :
1) Rooting reflek :
Negatif (-)
2) Sucking reflek :
Negatif (-)
3) Morro reflek :
Negatif (-)
4) Graps reflek :
Negatif (-)
5) Tonic neck reflek :
Negatif (-)
6) Babinski reflek :
Negatif (-)
B.
Analisa
Analisa data ditegakkan penulis saat berada di lapangan
sesuai dengan hasil pengkajian. Penulis membandingkan antara hasil pembuatan
analisa di teori dengan hasil pembuatan analisa di lapangan. Hasil analisa yang
penulis dapat yaitu :
Analisa : Bayi Ny. K jenis kelamin laki-laki dengan
BB= 3000 gram dan PB= 50 cm, dengan asfiksia ringan.
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diteori
sama dengan penatalaksanaan di lapangan, yaitu penanganan bayi baru lahir dengan
asfiksia dengan cara resusitasi dengan prinsip HAIKAL:
·
Hangatkan bayi dengan cara membedong dan menghidupkan
lampu resusitasi
·
Atur posisi bayi, letakkan kepala bayi lebih dekat
dengan kita.
·
Hisap lendir dari mulut dan hidung bayi untuk
membersihkan jalan pernapasan
·
Rangsang taktil dengan cara punggung payi di puk-puk
dan sentil bagian jari-jari tangan dan kaki bayi
·
Lakukan penilaian, apakah bayi dapat menangis
spontan/lemas, apakah warna kulit bayi merah muda, pucat/biru, dan apakah bayi
dapat bernapas (lihat pergerakan dinding dinding dada dan dengarkan detak
jantung menggunakan stetoskop).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir
pada bayi Ny. K dengan asfiksia ringan, maka penulis dapat menyimpulkan :
1.
Bayi mengalami
asfiksia ringan karena tidak segera menangis spontan setelah lahir
2.
Bayi dilakukan
resusitasi oleh bidan
3.
Bayi menangis
spontan setelah diresusitasi
4.
Bayi dipantau dan
dijaga kestabilan dan kehangatannya
B.
Saran
1.
Bagi Ibu Nifas
Diharapkan
memeriksakan bayinya sesegera mungkin sebagai upaya deteksi terhadap
ketidaknyamanan pada bayi. Ibu diahrapkan mampu dan dapat berusaha untuk
melaksanakan penatalaksanaan yang diberikan.
2.
Bagi Lahan Praktik
Diharapkan mampu
mempertahankan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuia standar asuhan
kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
1 WHO.
Preterm birth, updated november 2013. Diakses dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs363/en/
pada tanggal 10 Februari
2014.
2
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015. Profil kesehatan indonesia
tahun 2014.
3 Low JA
Determining the contribution of asphyxia to brain damage in the
neonate.
Obstet Gynaecol Res. 2004;30(4):276-86.
4 Palsdottir
K, Dagbjartsson A, Thorkelsson T, Hardardottir H. Birth asphyxia
and hypoxic
ischemic encephalopathy, incidence and obstetric risk factors.
Laeknabladid.
2007;93(9):595-601.
5
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia nomor 53 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Neonatal
Esensial.
6 Spector
JM, Daga S. Preventing those so-called stillbirths. Bulletin of the
World Health
Organization. Diakses dari
http://www.who.int/bulletin/volumes/86/4/07-049924/en/
7 Antonucci
R, Porcella A, Maria Dolores Pilloni AD. Perinatal asphyxia in the
term
newborn. Journal of Pediatric and Neonatal Individualized Medicine
2014;3(2):
1-14.
8 Meisa
Puspitasari. Stabilisasi Neonatus pasca tindakan Resusitasi lahir. Sari
Kepustakaan,
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD/RSHS
Bandung,
2012.
Asfiksia pada Bayi Baru Lahir dan Resusitasi (PDF Download Available). Available from: https://www.researchgate.net/publication/319661900_Asfiksia_pada_Bayi_Baru_Lahir_dan_Resusitasi [accessed May 16 2018].
Komentar
Posting Komentar