contoh makalah tugas gadar
KEGAWATDARURATAN PERDARAHAN PADA KEHAMILAN ABORTUS
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Disusun
Oleh :
Danti
Ambarwati
NIM.
P1337424116013
PRODI
DIII KEBIDANAN SEMARANG
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN
AJARAN 2017/2018
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, hidayah,
serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal, mengenai “Kegawatdaruratan Perdarahan pada Kehamilan Abortus “ ini
dapat selesai dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal pada semester IV. Semoga makalah
ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan maupun pengetahuan serta
dijadikan dasar dalam menuntut ilmu bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semaang, Januari 2018
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I :
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
2.
Rumusan Masalah
3.
Tujuan Penulisan
BAB II
: PEMBAHASAN
1.
Kegawatdaruratan obstetric
2.
Abortus
3.
Macam-macam abortus
4.
Penanganan Abortus
5.
Tindakan di komunitas dan rumah sakit
BAB III
: PENUTUP
1.
Kesimpulan
2.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss.
Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah
melewati trimester III disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya
perdarahan pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari
perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri.
Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada
kehamilan muda, salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak
yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu,
dari kejadian yang diketahui 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan
ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami
keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan
mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus
per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20%
dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa
mendekati 50%.
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun
dari janin, oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan
wawasan dan HE pada ibu hamil untuk selalu memeriksakan kehamilannya
dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.
2. RUMUSAN MASALAH
a.
Apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan?
b.
Apa itu Abortus?
c.
Apa saja macam-macam Abortus?
d.
Bagaimana cara penanganan Abortus?
e.
Bagaimana penanganan di bidan komuntas dan
rumah sakit?
3. TUJUAN PENULISAN
a.
Untuk mengetahui apa itu kegawatdaruratan
b.
Untuk mengetahui apa itu Abortus
c.
Untuk mengetahui macam-macam Abortus
d.
Untuk mengetahui bagaimana penanganan
abortus
e.
Untuk mengetahui bagaimana penanganan di
bidan komuntas dan rumah sakit
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI KEGAWATDARURATAN
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan
meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola
hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan
pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio
plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio
sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma,
dan koagulopati obstetri.
Kegawatdaruratan adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap semua
pasien yang memerlukan perawatan yang tidak direncnakan dan mendadak atau
terhadap pasien dengan penyakit atau cidera akut untuk menekan angka kesakitan
dan kematian pasien.
Obstetri adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan,
hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya .membahas tentang fenomena
dan penatalaksanaan kehamilian, persalinan, peurperium baik dalam keadaan
normal maupun abnormal.
Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan
intrauterin ke ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan
(lebih tepat 4 minggu atau 28 hari setelah lahir)
2.
DEFINISI ABORTUS
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Prawiroharjo, 2006).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang
dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda
kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan
kemungkinan kematian janin.
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang
dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda
kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan
kemungkinan kematian janin.Pada abortus septik,
perdarahan per vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan gejala
iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
“abortus” berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh (www.aborsi.org). Menurut buku ilmu kebidanan, istilah
abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan (Wiknjosastro, 1991;h.302)
Selain itu aborsi dapat juga didefinisikan sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum fetus mencapai waktunya dan biasanya terjadi sebelum kehamilan mencapai
umur 20-24 minggu. Abortus didefinisikan sebagai keluarnya janin sebelum
mencapai viabilitas. Karena definisi viabilitas berbeda-beda diberbagai negara,
WHO merekomendasikan bahwa janin viabel apabila masa gestasi telah mencapai 22
minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500 gr atau lebih.
Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan dengan mengeluarkan
hasil pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika
dilahirkan.
3. Etiology
Penyebab abortus ( early pregnancy loss ) bervariasi dan sering
diperdebatkan. umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya
adalah sebagai berikut.
- Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan
abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor
yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik,
lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang
sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi,
obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
Factor-faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan antara lain :
§
Kelainan kromosom
Kelainan yang paling sering ditemukan pada
abortus spontan adalah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan seks
§
Lingkungan kurang sempurna
Lingkungan endometrium disekitar tempat
implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu
§
Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dapat
mempengaruhi hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya didalam uterus. Pengaruh
ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
- Kelainan
pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh
darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang
menahun.
- Faktor
ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus
toxoplasma.
- Kelainan
yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,
kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang
(secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan
pada rahim.
- Trauma
baik yang disengaja maupun tidak disengaja
4. Gejala Klinis
a.
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari
20 minggu
b.
Perdarahan pervaginam mungkin disertai
dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
c.
Rasa mulas atau nyeri yang hebat karena
adanya kontraksi uterus
d.
Rasa kram di daerah perut atau di daerah
atas simfisis
e.
Rasa tertekan pada punggung bagian
belakang/pelvic
5. Mekanisme Abortus
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi
plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus.
§
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu:
Embrio rusak atau cacat yang masih
terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan
secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan
dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi
saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
§
Pada kehamilan 8 – 14 minggu:
Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali
dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin
yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin
sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum
uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.
§ Pada kehamilan minggu ke 14 – 22:
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan
diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi
uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak
terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas
bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan
intensitas beragam.
6. Patofisiology
Pada abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau
komplit akibat perdarahan kecil didalam desidua. Ketika terjadi kegagalan
fungsi plasenta, uterus mulai berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika
terjadi sebelum minggu kedelapan, embrio defektif yang tertutup vilidan desidua
cenderung dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut blighted ovum, walaupun
sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus maupun serviks.
Perdarahan uterus terjadi sewaktu proses pengeluaran, antara minggu
kedelapan dan ke empat belas, mekanisme diatas dapat terjadi. Atau membran
ketuban dapat ruptur sehingga mengeluarkan janin yang cacat, tetapi gagal
mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat menonjol di osteum serviks eksterna.
Atau tetap melekat pada dinding uterus.
Abortus ini diikuti oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22
janin biasanya dikeluarkan dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian.
Plasenta lebih jarang tertahan. Biasanya perdarahan tidak berat, tetapi rasa
nyeri dapat hebat, sehingga menyerupai persalinan kecil
7. MACAM-MACAM ABORTUS
·
Aborsi Spontan : Apabila abortus terjadi
tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus, disebabkan oleh
sebab- sebab alami.
·
Abortus iminens(keguguran mengancam) : Abortus
ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya, pada abortus
ini terdapat nyeri akibat kram pada abdomen bawah atau nyeri pada punggung
bawah, tetapi bisa juga tidak.
·
Abortus incipiens : Abortus ini sudah
berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.abortus ini terjadi ketika ada
pembukaan serviks atau ketuban pecah disertai perdarahan dan nyeri pada bagian
abdomen bawah atau pada punggung.
·
Abortus inkompletus (keguguran tidak
lengkap) : Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (
biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal dalam raahim, yang akan
menyebabkan perdarahan yang bertambah parah atau infeksi, terutama jika aborsi
terjadi pada trimester ke II
·
Abortus kompletus : Keguguran lengkap
·
Missed abortus ( keguguran tertunda ) : Keadaan
dimana janin telah mati selama 22 minggu tetapi tertahan didalam rahim
selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
·
Abortus Habitualis : Keguguran berulang
ulang, terjadi pada wanita yang telah mengalami abortus lebih dari tiga kali.
·
Abortus infeksiosus dan abortus septic : Abortus
yang disertai infeksi pada genetalia, sedang abortus septik adalah abortus
infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah
atau peritonium.
·
Aborsi Buatan (Provokatus) : Pengakhiran
kehamilan sebelum usia kandungan mencapai 28 minggu sebagai suatu akibat
tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam
hal ini dokter, bidan atau dukun beranak)
·
Abortus provocatus therapeuticus : Pengguguran
kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan, membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu menderita penyakit
berat.
·
Abortus provocatus criminalis : Pengguguran
kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
TABEL PERBEDAAN
MACAM-MACAM ABORTUS
T
A
N
D
A
D
A
N
G
E
J
A
L
A
|
Abortus
Imminens
|
1. Perdarahan pervaginam
2. Mulas sedikit atau tidak ada
keluhan
3. Ostium uteri masih tertutup
4. Besar uterus sesuai umur kehamilan
5. Tes urin masih positif
|
Abortus
Insipiens
|
1. Perdarahan
pervaginam dan semakin bertambah sesuai dengan pembukaan serviks
2. Serviks telah mendatar
dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum ueri
3. Mulas karena kontraksi yang sering
dan kuat
4. Besar uterus sesuai dengan umur
kehamilan
5. Tes urin masih positif
|
|
Abortus
Inkompletus
|
1. Perdarahan
biasanya masih terjadi jumlah nyapun bisa banyak atau sedikit tergantung pada
jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian plasental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus
2. Kanalis servikalis masih terbuka dan
teraba jaringan dalam kavum uerti atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
3. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur
kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum ueri tampak
massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan
|
|
Abortus
kompletus
|
1. Biasa
tidak ada keluhan .
2. Biasa diawali dngan abortus iminens
yang kemudian merasa sembuh, tapi pertumbuhan terhenti.
3. Pada pemeriksaan USG akan didapatka
uterus yang mengecil , kantong gestasi yang mengecil, dan
bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada
tanda-tanda kehidupan.
4. Pemeriksaan tes
urine biasa hasil negatif setelah satu minggu dari terhentinya
kehamilan.
|
|
Missed
Abortion
|
1. Perdarahan sedikit
2. Seluruh hasil konsepsi telah keluar
dari kavum uteri, ostium uteri telah menutup
3. Besar uterus tidak sesuai dengan
umur kehamilan
4. Pemeriksaan tes urine biasanya
masih positif 7 – 10 hari setelah abortus
|
|
Abortus
Habitualis
|
1. Ostium
serviks akan mebuka ( inkompeten )
2. Tanpa rasa mules / kontraksi
rahim dan akhirnya terjadi pengeluaran janin
|
|
Abortus
Infeksiosus / sepsis
|
1. Panas
tinggi
2. Tampak sakit dan lelah.
3. Takikardi
4. Perdarahan pervaginam yang berbau
5. Uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri
tekan.
6. Pemeriksaan laboratorium didapatkan tanda
infeksi dan leukositosis
|
1.
PENANGANAN ABORTUS
A. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin akan didapatkan keadaan umum pasien yang
tampak lemah, kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi
normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau mungkin meningkat.
Pada pemeriksaan ginekologi, saat inspeksi vulva akan ditemukan perdarahan
pervaginam disertai dengan ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup. Pada colok
vagina ditemukan porsio mungkin masih terbuka atau kemungkinan juga sudah
tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai
atau lebih kecil dari usia kehamilan
B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
§
Tes urine untuk mengetahui kehamilan
§
Pemeriksaan Dopler untuk mengetahui denyut
jantung janin
§
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk
mengetahui keadaan janin
§
Pemeriksaan Hb
§
Pemeriksaan fibrinogen pada missed abortion
2. Diagnosis/criteria diagnosis
Diagnosa abortus dapat ditegakkan apabila seorang wanita usia produktif
mengeluh mengalami perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid,
terdapat rasa nyeri, ditemukan tes kehamilan yang positif, adanya pembukaan
cerviks atau ada jaringan dalam kavum uteri atau vagina (Wiknjosastro, 1991).
3.
Terapi/tindakan penanganan
§
Pemberian cairan fisiologik yang disusul
dengan transfusi untuk mencegah syok yang mungkin diakibatkan oleh perdarahan
yang hebat
§
Setelah syok teratasi dilakukan kuretase
diikuti dengan pemberian ergometrin IM untuk mempertahankan kontraksi uterus
§
Istirahat baring membuat aliran darah ke
uterus bertambah dan mengurangi rangsang mekanik
§
Pemberian antibiotic pada abortus
infeksiosus
ASUHAN KEBIDANAN PADA ABORTUS
1.
Abortus Imminens
§
Berikan informent consent. Bila ibu
masih menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan harus maksimal untuk
mempertahankan kehamilan ini.
§
Tes urine
§
Pemeriksaan USG
§
Penderita melakukan tirah baring sampai perdarahan
terhenti.
§
Bisa diberikan spasmolitik agar uterus
tidak berkontrkasi atau diberikan tambahan hormon progesteron atau derivatnya
untuk mencegah terjadinya abortus.
§
Penderita boleh dipulangkan setelah tidak
terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan seksual sampai
lebih kurang 2 minggu.
2.
Abortus Insipiens
§
Berikan Informent consent
§
Tes urine
§
Pemeriksaan USG
§
Perhatikan keadaan umum pasien dan
perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan lakukan segera tindakan evakuasi
/ pengeluaran hasil konsepsi disusul kuretase jika perdarahan banyak.
§
Berikan uterotonika.
§
Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan
umum, pemberian uterotonika dan antibiotik profilaksis.
3.
Abortus Inkomplet
§
Berikan informen consent.
§
Tes urine
§
Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita
ragu dengan pemeriksaan secara klinis.
§
Bila terjadi perdarahan yang hebat segera
melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang
mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat
berlangsung baik dan perdarahan bisa terhenti.
§
Selanjutnya lakukan tindakan kuretase.
§
Pasca tindakan diberikan uterotonika
parenteral atau per oral dan antibiotika.
4.
Abortus Komplet
§ Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis telah
memadai.
§ Pemeriksaan urine biasanya masih positif sampai 7 – 10 hari setelah
abortus.
§ Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan.
Biasanya hanya diberi robonsia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan.
§ Uterotonika tidak perlu diberikan.
5.
Missed Abortion
§
Informent consent
§
Pemeriksaan urine
§
Pemeriksaan USG
§
Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu
tindakan evakuasi dapat secara langsung dengan melakukan dilatasi
dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan.
§
Bila umur kehamilan diatas 12 minggu tau
kuang dari 20 minggu dengan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk
melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau meamtangkan
kanalis serviks.bBeberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian
infus intravena cairan oksitosin dimulai daari dosis 10 unit dalam 500 cc
dekstrose 5% tetesan, 20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai total
oksitosin 50 unit dengan tetesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya
retensi cairan tubuh
§
Jika tidak berhasil, penderita
diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi biasanya maksimal 3 kali
§
Setelah janin atau jarigan hasil konsepsi
berhasil keluar dengan induksi ini dilajutkan dengan tindakan kuretase sebersih
mungkin.
§
Pada dekade ini banyak tulisan yang telah
menggunakan prostaglandin atau sintetisnya untuk melakukan induksi padamissed
abortion. Salah satu cara yang banyak disebutkan adalah dengan cara
poemberian mesoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat diulangi
dua kali dengan jarak 6 jam.
§
Apabila terjadi hipofibrinogenemia perlu
disiapkan transfusi darah atau fibrinogen.
§
Pasca tindakan kalau perlu dilakukan
pemberian infus intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.
6.
Abortus Habitualis
Jika ibu belum hamil lagi, hendaknya waktu itu digunakan untuk melakukan
pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang mungkin menyebabkan
abortus habitualis itu.
Disamping pemeriksaan umum dengan memperhatikan gizi dan bentuk badan
penderita, dilakukan pula pemeriksaan suami – istri, antara lain pemeriksaan
darah dan urin rutin, pemeriksaan golongan darah , faktor Rh, dan tes terhadap
sifilis; selanjutnya pada isteri dibuatkan kurve harian glukose darah dan
diperiksa fungsi tiroid, dan pada suami diperiksa sperma.
Perlu diselidiki pula, apakah ada kelainan anatomik, baik kelainan bawaan
atau kelainan yang terjadi setelah melahirkan. Laserasi pada serviks uteri dan
adanya mioma uteri dapat ditemukan pada pemeriksaan ginekologik, sedang mioma
uteri submukosum, uterus septus dan serviks uteri inkompeten dapat diketahui
dengan melakukan histerogafi. Kadang-kadang perlu dilakukan laparoskopi untuk
mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kelainan anatomik pada uterus.
Selain terapi yang bersifat kausal, mak penderita dengan abortus habitualis,
jika ia hamil, perlu mendapat perhatian yang khusus. Ia harus banyak istirahat,
hal ini tidak berarti bahwa ia harus tinggal terus ditempat tidur, akan tetapi
perlu dicegah usaha – usaha yang melelahkan.
Pada hamil muda sebaiknya jangan bersenggama. Makanannya harus adekuat
mengenai protein, hidrat arang, mineral dan vitamin. Khususnya dalam masa
organogenesis pemeberian obat – obatan harus dibatasi dan obat – obat yang
diketahui dapat mempunyai pengaruh jelekterhadap janin, dilarang. Dimana khususnya
dimana faktor emosional memegang peranan penting, pengaruh dokter sangat besar
utntuk mengatasi ketakutan dan kecemasan.
Terapi hormonal umumnya tidak perlu, kecuali jika ada gangguan fungsi
tiroid, atau gangguan fase luteal. ( ilmu kandungan, prawirohardjo. S,Hal 249 )
7.
Abortus Infeksiosus
§
Pengelolaan pasien ini harus
mempertimbangkan keseimbangan cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotika
yang adekuatb sesuai dengan kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari
darah dan cairan fluksus / flour yang keluar pervaginam.
§
Untuk tahap pertama dapat diberikan
penisilin 4 x 1,2 juta unit atau ampisilin 4 x 1 gram ditambah gentamisin 2 x
80 mg dan Metronidazol 2x 1 gram. Selanjutnya antibiotik sesuai dengan kultur.
§
Tindakan kuretase dilaksanakan bila
keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat
diberikan. Jangan lupa pada saat tindakan uterus dilindungi dengan uterotonika.
§
Antibiotik dilanutkan sampai 2 hari bebas
demam dan bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberikan respon harus
diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai.
§
Apabila ditkutkan terjadi tetanus, perlu
ditambah dengan injeksi ATS dan irigasi kanalis vagina / uterus dengan larutan
peroksida ( H₂O₂) atau kalau perlu
histerektomi total secepatnya.
8.
Abortus Provokatus
§
Aborsi pada triwulan pertama sampai dengan
12 minggu. Pada kehamilan sampai batas 7 minggu pengeluaran isi rahim dilakukan
dengan kuret tajam, agar ovum kecil tidak tertinggal, maka ovum uteri dikerok
seluruhnya. Apabila kehamilan melebihi 6 sampai 7 minggu digunakan kuret tumpul
sebesar yang dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi sebagian besar lepas dari
dinding uterus maka hasil tersebut dapat dikeluarkan dengan cunam
abortuis dan kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang
cukup besar, apabila diperlukan dimasukkan tampon kedalam uteri dan vagina yang
akan dikeluarkan esok harinya.
§
Abortus pada kehamilan 12 sampai 16
minggu. Aborsi dilakukan dengan menggunakan perpaduan antara dilatasi, kuret
dan pengisapan. Bahaya dari cara ini adalah terbentuknya luka-luka yang
menimbulkan pendarahan.
§
Abortus pada triwulan kedua (Kehamilan
sampai 16 minggu), dilakukan dengan menimbulkan kontraksi-kontraksi uterus
supaya janin dan plasenta dapat dilahirkan secara spontan. Cara yang dilakukan
adalah dengan melakukanesantasi (pembiusan lokal).
TINDAKAN DI KOMUNITAS DAN RUMAH SAKIT
-
DI KOMUNITAS
1.
Bidan melakukan pertolongan hanya jika
terjadi perdarahan akibat gugur-kandung oleh orang lain atau sendirinya.
2.
Pasang infus dengan apa saja (Laktat
Ringer,glukosa Ringer, Larutan garam normal atau fisiologis, atau larutan
glukosa 5 % atau 10 % ).
3.
Lakukan pemeriksaan dalam bila mungkin
melakukan pengeluaran jaringan hasil konsepsi sacara manual, sehingga mungkin
perdarahan dapat dihentikan.
4.
Beri oksitosin atau uterotonika lainnya,
sehingga terjadi kontraksi yang akan membantu menghentikan perdarahannya.
dengan lebih bersih
5.
Bila keadaan sedikit sudah dapat diatasi,
maka kirimkan kerumah sakit terdekat untuk tindakan lanjut diantaranya
dilakukan kuretasesehingga sumber perdarahan dapat dihentikan
6.
Bila dipandang perlu, dalam perjalanan,
bidan dapat saja memasang tampon vagina sehingga dapat membantu mengurangi
perdarahan dalam perjalanan ke rumah sakit.
-
DI RUMAH SAKIT
1.
Nilai kondisi janin (uji kehamilan atau
USG). Lakukankonfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain
2.
Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau
progestin) atau tokolitik (misalnyasalbutamol atau indometasin) karena
obat-obat ini tidak dapat mencegahabortus.
3.
Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(dapat diulang setelah 15 menit bilaperlu) atau misoprostol 400 mcg per oral
(dapat diulang sesudah 4 jam bilaperlu).
4.
Berikan infus 20 unit oksitosin dalam 500
ml cairan intravena(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan
kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
5.
Aspirasi vakum manual merupakan metode
evaluasi yang terpilih. Evakuasidengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
jika aspirasi vakum manualtidak tersedia.
6.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan
segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcgper oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcgper oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Prawiroharjo, 2006).
Macam-macam abortus
1.
Aborsi
spontan
2.
Abortus
iminens(keguguran mengancam)
3.
Abortus
incipiens
4.
Abortus
inkompletus (keguguran tidak lengkap)
5.
Abortus
kompletus
6.
Missed
abortus ( keguguran tertunda )
7.
Abortus
Habitualis
8.
Abortus
infeksiosus dan abortus septic
9.
Aborsi
buatan (provokatus)
10. Abortus provocatus therapeuticus
11. Abortus provocatus criminalis
2.
SARAN
Dapat
meningkatkan peran bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana kebidanan lebih
meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Bidan harus meningkatkan
kerjasama yang baik dengan petugas kesehatan lainnya, klien dan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Lisnawati, Lilis. 2013.
Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta : TIM —Ed.
1, Cet 7— Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2004 xxiv, 346
halm : ilus ; 24 cm —Ed 1,Cet 5 — Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2009 xxiv, 608 halm: ilus ; 24 cm
Rukiyah, Ai yeyeh.2010. Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan. Jakarta : TIM
Arafahrasyid. 2013/05/kegawatdaruratan-maternal-dan-neonatal.html diakses tanggal 20 Maret 2015
Prawirohardjo, Sarwono.
2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Komentar
Posting Komentar